Sabtu, 05 Maret 2016

Ulasan Novel "Berjalan Di Atas Cahaya"

Berjalan Di Atas Cahaya“Kisah 99 Cahaya di Langit Eropa”

            Berjalan di Atas Cahaya adalah kumpulan kisah perjalanan Hanum Salsabiela Rais, dkk di Eropa.  Novel ini merupakan buku kedua karya Hanum Salsabiela Rais setelah buku pertamanya yang berjudul “99 Cahaya di Langit Eropa”.  Penulis buku ini, selain Hanum Salsabiela Rais sebagai penulis utama, ada juga Tutie Amaliah dan Wardatul Ulama sebagai penulis kontributor.  Novel ini berisi kisah-kisah inspiratif yang sangat menarik dan memberi perspektif baru tentang traveling yang harus diniati mencari rida Allah.  Dalam buku ini, penulis menguak nilai-nilai Islam yang ditemui di benua biru seperti kejujuran, ketulusan, dan kecerdasan serta ingin meyakinkan pembaca bahwa agama tidak disebarkan melalui pertumpahan darah, tetapi melalui budi pekerti yang luhur.
            Novel ini berisi potongan-potongan cerita perjalanan tentang kehidupan Muslim di Eropa.  Bagian satu dengan bagian lainnya saling berhubungan meski ada beberapa bagian yang berdiri sendiri.  Pada bagian prolog, penulis mengatakan bahwa hakikat dari sebuah perjalanan adalah taaruf.  Saling mengenal antarmanusia.  Kita tetap bersaudara meski terhadang letak geografis, ruang, dan waktu.  Perasaan sebagai sesama saudara Muslim tetap melekat meski kita terpisah-pisah dalam berbagai bangsa, bahasa, dan warna kulit terpisahkan samudra, gunung, gurun, dan hutan belantara.
Di bagian “Misi yang Tak Mungkin”, penulis mengungkapkan manfaat menanam investasi sosial.  Penulis mengatakan bahwa investasi sosial ditanam dalam proses yang lama, hingga suatu saat kita akan memetiknya.  Kita tidak boleh meniatkan untuk menjalin hubungan baik dengan orang banyak hanya agar memiliki investasi sosial. Hanya agar suatu saat dapat merasakan keuntungannya. Melainkan, kita harus melakukannya dengan landasan keikhlasan.
Kedai bunga aneh di pinggir jalan desa Neraach, mengajarkan kita tentang kejujuran dan kepercayaan kepada orang lain.  Kedai ini mengedepankan sisi kepercayaan di atas segalanya.  Jadi, jika kita ingin membeli bunga, kita dapat memilih bunga mana yang kita suka, lalu membayarnya dengan meletakkan uang pada kaleng bir yang menjadi tempat menaruh pembayaran uang sesuai dengan harga yang tertera.  Jika uang kembalian habis, kita cukup menulis nama dan alamat kita di buku notes yang tergantung di kedai itu.  Nantinya, pemilik kedai itu akan datang ke rumah kita untuk memberikan uang kembalian.
Salah satu kisah yang sangat menarik adalah kisah “Tapak Kemuliaan di Sisilia”.  Kisah ini adalah cerita dimana seorang keturunan Sisilia, bernama Ivano yang sama sekali tidak bangga terhadap negerinya sendiri.  Ia begitu membenci negerinya, Sisilia.  Sisilia telah merenggut adiknya, menjadi mafioso dan kini tak diketahui keberadaannya.  Ia menganggap bahwa Roger of Sicilylah yang telah memporak-porandakan negerinya dan bertanggung jawab atas tersebarnya orang-orang Sisilia menjadi imigran dimana-mana.  Namun, kali ini ia sadar bahwa semua prangka buruk tentang nestapa negerinya adalah salah.  Ivano menangis membaca tulisan berwibawa yang tertulis pada pilar putih di gerbang utama gereja katedral Palermo yang ternyata ditulis oleh Roger of Sicily.  Sirnalah sudah semua kebenciannya atas Sisilia dan Raja Roger.  Terbaca jelas tulisan yang terukir di pilar katedral Palermo adalah “Bismillahirrahmaanirrahiim, alhamdulillahirabbil’aalamin”
Cerita traveling dalam buku ini sangat berbeda dengan cerita traveling lain karena cerita traveling dalam buku ini bukan hanya sekadar cerita traveling biasa, tetapi merupakan cerita traveling yang sangat mengesankan serta membekas di hati dan perasaan.  Kisah-kisah di dalam buku ini terangkum sangat apik dengan bahasa yang sederhana, namun sarat akan makna.  Bahasanya yang sederhana atau mungkin tidak sastra, membuat cerita-cerita di dalam buku ini lebih mudah dipahami dan amanatnya lebih tersampaikan kepada semua kalangan pembaca.  Penulis memberikan banyak kejutan-kejutan yang tak terduga kepada para pembaca.
Ada beberapa bagian cerita yang sulit dipahami karena alurnya yang tidak runtut.  Jadi, cerita bagian ini belum selesai , tapi tiba-tiba pindah ke bagian lain dan setelah itu, kembali ke bagian ini lagi.  Hal ini, membuat pembaca kesulitan untuk memahami jalan cerita sehingga amanatnya menjadi kurang tersampaikan.
Pada akhirnya, terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya, novel ini wajib dibaca oleh para penyuka traveling dan mereka yang ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan Muslim di Eropa.  Hidup sebagai kalangan minoritas, memang bukanlah hal yang mudah.  Namun, bukan berarti kita harus berkecil hati.  Kita harus yakin bahwa Allah akan selalu melindungi hamba-hamba-Nya.  


STRUKTUR TEKS ULASAN
Struktur
TEKS
Judul
Berjalan Di Atas Cahaya “Kisah 99 Cahaya Di Langit Eropa”
                     Judul        : Berjalan Di Atas Cahaya “Kisah 99 Cahaya Di Langit Eropa”
                        Penulis     : Hanum Salsabiela Rais, dkk.
                        Penerbit   : PT Gramedia Pustaka Utama
                        Cetakan   : Cetakan ke-2 2013
                        Tebal        : 210 halaman

Pendahuluan
Berjalan di Atas Cahaya adalah kumpulan kisah perjalanan Hanum Salsabiela Rais, dkk di Eropa.  Novel ini merupakan buku kedua karya Hanum Salsabiela Rais setelah buku pertamanya yang berjudul “99 Cahaya di Langit Eropa”.  Penulis buku ini, selain Hanum Salsabiela Rais sebagai penulis utama, ada juga Tutie Amaliah dan Wardatul Ulama sebagai penulis kontributor.  Novel ini berisi kisah-kisah inspiratif yang sangat menarik dan memberi perspektif baru tentang traveling yang harus diniati mencari ridha Allah.  Dalam buku ini, penulis menguak nilai-nilai Islam yang ditemui di benua biru seperti kejujuran, ketulusan, dan kecerdasan serta ingin meyakinkan pembaca bahwa agama tidak disebarkan melalui pertumpahan darah, tetapi melalui budi pekerti yang luhur.

Keberpihakan Penulis
Dalam buku ini, Hanum dan kedua penulis lain mengemukakan bahwa muslim adalah manusia yang berakhlak baik. Betapa banyak non-muslim yang justru terpesona dengan Islam melalui keindahan akhlak muslim yang mereka temui. Kisah-kisah kekaguman beberapa dari mereka juga tertulis dalam buku ini. Seperti Sylvia, wanita Eropa asli yang tinggal di Austria begitu mengagumi Islam yang damai. Ia juga senang mendengarkan azan. Hal ini merupakan bukti, bahwa Islam akan lebih mudah diterima apabila muslim memiliki akhlak cinta damai dan kasih sayang.

Simpulan berisi penegasan keberpihakan penulis
Novel ini berisi potongan-potongan cerita perjalanan tentang kehidupan Muslim di Eropa.  Bagian satu dengan bagian lainnya saling berhubungan meski ada beberapa bagian yang berdiri sendiri.  Pada bagian prolog, penulis mengatakan bahwa hakikat dari sebuah perjalanan adalah taaruf.  Saling mengenal antarmanusia.  Kita tetap bersaudara meski terhadang letak geografis, ruang, dan waktu.  Perasaan sebagai sesama saudara Muslim tetap melekat meski kita terpisah-pisah dalam berbagai bangsa, bahasa, dan warna kulit terpisahkan samudra, gunung, gurun, dan hutan belantara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar