Berjalan
Di Atas Cahaya“Kisah
99 Cahaya di Langit Eropa”
Berjalan di Atas Cahaya adalah
kumpulan kisah perjalanan Hanum Salsabiela Rais, dkk di Eropa. Novel ini merupakan buku kedua karya Hanum
Salsabiela Rais setelah buku pertamanya yang berjudul “99 Cahaya di Langit
Eropa”. Penulis buku ini, selain Hanum
Salsabiela Rais sebagai penulis utama, ada juga Tutie Amaliah dan Wardatul Ulama
sebagai penulis kontributor. Novel ini
berisi kisah-kisah inspiratif yang sangat menarik dan memberi perspektif baru
tentang traveling yang harus diniati mencari rida Allah. Dalam buku ini, penulis menguak nilai-nilai
Islam yang ditemui di benua biru seperti kejujuran, ketulusan, dan kecerdasan
serta ingin meyakinkan pembaca bahwa agama tidak disebarkan melalui pertumpahan
darah, tetapi melalui budi pekerti yang luhur.
Novel ini berisi potongan-potongan cerita perjalanan tentang kehidupan
Muslim di Eropa. Bagian satu dengan bagian lainnya saling berhubungan
meski ada beberapa bagian yang berdiri sendiri. Pada bagian prolog,
penulis mengatakan bahwa hakikat dari sebuah perjalanan adalah taaruf.
Saling mengenal antarmanusia. Kita tetap bersaudara meski terhadang letak
geografis, ruang, dan waktu. Perasaan sebagai sesama saudara Muslim tetap
melekat meski kita terpisah-pisah dalam berbagai bangsa, bahasa, dan warna
kulit terpisahkan samudra, gunung, gurun, dan hutan belantara.
Di bagian
“Misi yang Tak Mungkin”, penulis mengungkapkan manfaat menanam investasi
sosial. Penulis mengatakan bahwa investasi sosial ditanam dalam proses
yang lama, hingga suatu saat kita akan memetiknya. Kita tidak boleh
meniatkan untuk menjalin hubungan baik dengan orang banyak hanya agar memiliki
investasi sosial. Hanya agar suatu saat dapat merasakan keuntungannya.
Melainkan, kita harus melakukannya dengan landasan keikhlasan.
Kedai bunga
aneh di pinggir jalan desa Neraach, mengajarkan kita tentang kejujuran dan
kepercayaan kepada orang lain. Kedai ini mengedepankan sisi kepercayaan
di atas segalanya. Jadi, jika kita ingin membeli bunga, kita dapat
memilih bunga mana yang kita suka, lalu membayarnya dengan meletakkan uang pada
kaleng bir yang menjadi tempat menaruh pembayaran uang sesuai dengan harga yang
tertera. Jika uang kembalian habis, kita cukup menulis nama dan alamat
kita di buku notes yang tergantung di kedai itu. Nantinya, pemilik kedai
itu akan datang ke rumah kita untuk memberikan uang kembalian.
Salah satu
kisah yang sangat menarik adalah kisah “Tapak Kemuliaan di Sisilia”.
Kisah ini adalah cerita dimana seorang keturunan Sisilia, bernama Ivano yang
sama sekali tidak bangga terhadap negerinya sendiri. Ia begitu membenci
negerinya, Sisilia. Sisilia telah merenggut adiknya, menjadi mafioso dan
kini tak diketahui keberadaannya. Ia menganggap bahwa Roger of Sicilylah
yang telah memporak-porandakan negerinya dan bertanggung jawab atas tersebarnya
orang-orang Sisilia menjadi imigran dimana-mana. Namun, kali ini ia sadar
bahwa semua prangka buruk tentang nestapa negerinya adalah salah. Ivano
menangis membaca tulisan berwibawa yang tertulis pada pilar putih di gerbang
utama gereja katedral Palermo yang ternyata ditulis oleh Roger of Sicily.
Sirnalah sudah semua kebenciannya atas Sisilia dan Raja Roger. Terbaca
jelas tulisan yang terukir di pilar katedral Palermo adalah
“Bismillahirrahmaanirrahiim, alhamdulillahirabbil’aalamin”
Cerita traveling dalam
buku ini sangat berbeda dengan cerita traveling lain karena
cerita traveling dalam buku ini bukan hanya sekadar
cerita traveling biasa, tetapi merupakan cerita traveling yang
sangat mengesankan serta membekas di hati dan perasaan. Kisah-kisah di
dalam buku ini terangkum sangat apik dengan bahasa yang sederhana, namun sarat
akan makna. Bahasanya yang sederhana atau mungkin tidak sastra, membuat
cerita-cerita di dalam buku ini lebih mudah dipahami dan amanatnya lebih
tersampaikan kepada semua kalangan pembaca. Penulis memberikan banyak
kejutan-kejutan yang tak terduga kepada para pembaca.
Ada beberapa
bagian cerita yang sulit dipahami karena alurnya yang tidak runtut. Jadi,
cerita bagian ini belum selesai , tapi tiba-tiba pindah ke bagian lain dan
setelah itu, kembali ke bagian ini lagi. Hal ini, membuat pembaca kesulitan
untuk memahami jalan cerita sehingga amanatnya menjadi kurang tersampaikan.
Pada
akhirnya, terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya, novel ini wajib
dibaca oleh para penyuka traveling dan mereka yang ingin tahu lebih
banyak tentang kehidupan Muslim di Eropa. Hidup sebagai kalangan
minoritas, memang bukanlah hal yang mudah. Namun, bukan berarti kita
harus berkecil hati. Kita harus yakin bahwa Allah akan selalu melindungi
hamba-hamba-Nya.
STRUKTUR
TEKS ULASAN
Struktur
|
TEKS
|
Judul
|
Berjalan Di Atas Cahaya “Kisah 99 Cahaya Di
Langit Eropa”
|
Judul :
Berjalan
Di Atas Cahaya “Kisah 99 Cahaya Di Langit Eropa”
Penulis : Hanum Salsabiela
Rais, dkk.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan :
Cetakan ke-2 2013
Tebal : 210 halaman
|
Pendahuluan
|
Berjalan di Atas Cahaya adalah kumpulan kisah
perjalanan Hanum Salsabiela Rais, dkk di Eropa.
Novel ini merupakan buku kedua karya Hanum Salsabiela Rais setelah buku
pertamanya yang berjudul “99 Cahaya di Langit Eropa”. Penulis buku ini, selain Hanum Salsabiela Rais
sebagai penulis utama, ada juga Tutie Amaliah dan Wardatul Ulama sebagai
penulis kontributor. Novel ini berisi
kisah-kisah inspiratif yang sangat menarik dan memberi perspektif baru tentang
traveling yang harus diniati mencari ridha Allah. Dalam buku ini, penulis menguak nilai-nilai
Islam yang ditemui di benua biru seperti kejujuran, ketulusan, dan kecerdasan
serta ingin meyakinkan pembaca bahwa agama tidak disebarkan melalui pertumpahan
darah, tetapi melalui budi pekerti yang luhur.
|
Keberpihakan Penulis
|
Dalam buku ini, Hanum
dan kedua penulis lain
mengemukakan bahwa muslim adalah
manusia yang berakhlak
baik. Betapa banyak non-muslim yang justru terpesona
dengan Islam melalui keindahan akhlak muslim yang mereka temui. Kisah-kisah
kekaguman beberapa dari mereka juga tertulis dalam buku ini. Seperti Sylvia, wanita Eropa asli yang tinggal di Austria begitu mengagumi
Islam yang damai. Ia juga senang mendengarkan azan. Hal ini merupakan bukti, bahwa Islam akan lebih mudah diterima apabila
muslim memiliki akhlak cinta damai dan kasih sayang.
|
Simpulan berisi penegasan keberpihakan penulis
|
Novel ini berisi potongan-potongan cerita perjalanan
tentang kehidupan Muslim di Eropa.
Bagian satu dengan bagian lainnya saling berhubungan meski ada
beberapa bagian yang berdiri sendiri.
Pada bagian prolog, penulis mengatakan bahwa hakikat dari sebuah
perjalanan adalah taaruf. Saling
mengenal antarmanusia. Kita tetap
bersaudara meski terhadang letak geografis, ruang, dan waktu. Perasaan sebagai sesama saudara Muslim
tetap melekat meski kita terpisah-pisah dalam berbagai bangsa, bahasa, dan
warna kulit terpisahkan samudra, gunung, gurun, dan hutan belantara.
|